Trump Naikkan Tarif, China Balas dengan Larangan Ekspor dan Prancis Serukan Boikot Investasi
Pesankata.com, Jakarta – Keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan tarif impor secara besar-besaran kepada negara-negara mitra dagangnya kembali memicu gejolak internasional. China dan Prancis menjadi dua negara pertama yang secara terbuka menolak ajakan negosiasi dari Washington dan memilih mengambil langkah balasan yang tegas.
Respons Keras dari China: Tarif Balasan dan Embargo Teknologi
China langsung menanggapi kebijakan Trump dengan menjatuhkan tarif impor sebesar 34 persen terhadap seluruh produk AS. Kebijakan ini adalah respons atas tarif berganda yang dikenakan oleh AS—yakni 20 persen dan kemudian 34 persen—yang diumumkan secara berturut-turut oleh Trump. Kementerian Keuangan China menyatakan tarif balasan ini akan diberlakukan mulai 10 April 2025.
Tak hanya itu, China juga menerapkan pembatasan ekspor untuk sejumlah logam tanah jarang (rare earth elements) yang menjadi komponen vital bagi teknologi tinggi, termasuk samarium, terbium, dan dysprosium. Larangan ekspor ini mulai berlaku pada 4 April 2025 dan diyakini akan berdampak besar pada industri pertahanan dan elektronik AS.
Dalam langkah lebih lanjut, China memasukkan 16 perusahaan asal AS dalam daftar kontrol ekspor, serta menambahkan 11 entitas ke dalam daftar “unreliable entities”. Entitas seperti Skydio Inc. dan BRINC Drones dituduh merusak kedaulatan China karena keterlibatan mereka dalam penjualan senjata ke Taiwan.
Tak hanya di sektor teknologi, China juga melancarkan serangan dagang di sektor medis dan pertanian. Pemerintah Beijing menggelar investigasi anti-dumping terhadap produk tabung CT dari AS dan India, serta menghentikan sementara impor sejumlah komoditas pertanian seperti sorgum dan unggas dari perusahaan-perusahaan AS.
Prancis Pilih Boikot Investasi, Macron Tegaskan Sikap Tegas
Sementara itu, Prancis memilih jalur diplomasi dan tekanan ekonomi. Presiden Emmanuel Macron meminta perusahaan-perusahaan Prancis untuk menangguhkan sementara investasi baru di AS, hingga terdapat kejelasan lebih lanjut dari Washington terkait kebijakan tarif yang disebut Trump sebagai “Hari Pembebasan.”
Menteri Ekonomi Prancis, Eric Lombard, mengimbau perusahaan nasional agar menunjukkan rasa kebangsaan dan tidak memberikan keuntungan ekonomi kepada Amerika Serikat dalam situasi ini. Ia menilai bahwa setiap ekspansi bisnis ke AS akan memperkuat posisi negara yang saat ini memicu ketegangan global.
Paris juga menyatakan bahwa respons yang lebih luas harus diambil melalui kerangka kerja Uni Eropa. Meski tarif balasan menjadi opsi, Prancis membuka kemungkinan menggunakan strategi alternatif lain seperti hambatan non-tarif dan pembatasan investasi.





