Pesankata.com, Yerusalem – Dunia internasional kembali menyoroti tindakan Israel terhadap aktivis asing, setelah Greta Thunberg dideportasi dari negara tersebut usai ikut dalam misi bantuan kemanusiaan ke Gaza. Peristiwa ini menyoroti ketegangan antara solidaritas sipil global dan kebijakan keamanan nasional yang diterapkan di kawasan konflik.

Greta Thunberg bersama 11 aktivis lain menaiki kapal Madleen, yang berlayar membawa bantuan kemanusiaan sederhana untuk warga Gaza. Namun misi mereka terhenti ketika kapal ditangkap Angkatan Laut Israel di perairan internasional, jauh dari garis pantai Gaza. Mereka kemudian dibawa ke pelabuhan Ashdod untuk pemeriksaan.

Greta dan tiga lainnya memilih jalur deportasi sukarela, meninggalkan Israel melalui Bandara Ben Gurion dengan tujuan akhir Swedia. Delapan aktivis lain menolak dideportasi tanpa proses hukum, dan kini berada dalam tahanan sambil menunggu sidang di pengadilan imigrasi.

Otoritas Israel menilai aksi ini sebagai provokasi politik bertopeng bantuan kemanusiaan. Mereka menegaskan bahwa blokade laut diberlakukan untuk mencegah masuknya senjata ke Gaza, dan menyebut aksi tersebut sebagai bagian dari kampanye pro-Hamas. Israel juga menyatakan bahwa bantuan akan tetap dikirimkan melalui jalur resmi.

Sementara itu, organisasi hak asasi manusia seperti Adalah mengungkapkan keprihatinan atas pembatasan akses hukum bagi para aktivis yang ditahan. Kritik terhadap tindakan Israel juga muncul dari komunitas internasional yang menilai aksi ini sebagai pembajakan atas misi damai.

Pernyataan keras datang dari Menteri Pertahanan Israel, yang menyebut para aktivis “menutup mata terhadap kebenaran” karena enggan menonton dokumentasi serangan teroris Hamas sebagai bentuk konfrontasi atas posisi politik mereka.

Insiden ini tidak hanya menjadi berita hangat, tetapi juga mencuatkan perdebatan baru tentang hak warga sipil global untuk melakukan aksi solidaritas, dan bagaimana negara mengelola keamanan nasional di tengah krisis kemanusiaan. Greta mungkin telah pulang, namun delapan aktivis lainnya masih menunggu nasib mereka di ruang sidang Israel.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan