Pesankata.com, Jakarta – PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), perusahaan di balik jaringan restoran KFC Indonesia, menerima suntikan modal besar dari pemegang saham utama seperti Anthoni Salim dan PT Indoritel Makmur Internasional. Dana yang masuk dalam semester pertama 2025 ini mencapai hingga Rp80 miliar lewat skema private placement.

Langkah ini diambil untuk mengatasi tekanan keuangan setelah FAST mencatat kerugian sebesar Rp796 miliar sepanjang 2024 dan defisit modal kerja hingga lebih dari Rp1,6 triliun. Suntikan ini diharapkan bisa memulihkan kestabilan operasional dan memperkuat struktur keuangan jangka pendek.

Private placement dilakukan lewat penerbitan 533 juta saham baru dengan harga Rp150 per lembar, lebih rendah dari nilai pasar. PT Gelael Pratama dan Indoritel menjadi investor utama dalam aksi korporasi ini, dengan dana awal Rp40 miliar yang telah disalurkan pada awal Juni 2025.

Pendanaan tersebut digunakan untuk berbagai kebutuhan penting seperti pelunasan utang jangka pendek, penataan ulang logistik dan gudang, peningkatan sistem pemesanan digital, hingga mendukung ekspansi gerai yang terhenti.

Meski rencana ini memicu penurunan saham FAST hampir 10 persen karena kekhawatiran investor atas dilusi saham, pihak manajemen menegaskan bahwa langkah ini diperlukan untuk menyelamatkan perusahaan dari potensi kebangkrutan dan memberi ruang untuk restrukturisasi menyeluruh.

Setelah aksi ini, kepemilikan Gelael Pratama meningkat menjadi 41,18 persen, Indoritel 37,51 persen, dan porsi publik menyusut ke sekitar 14 persen. Meski terdampak dilusi, investor kecil masih diharapkan memperoleh manfaat dari pemulihan jangka panjang.

Manajemen FAST juga menyebut akan memaksimalkan aset dan menjajaki opsi menjual saham treasuri serta penguatan kerja sama strategis. Tujuannya bukan hanya bertahan, tetapi tumbuh kembali dalam iklim bisnis yang kompetitif.

Suntikan modal dari Grup Salim menjadi penanda kepercayaan terhadap masa depan KFC Indonesia. Namun, ekspektasi kini bergeser: mampukah FAST mengubah krisis ini menjadi momentum perbaikan dan menunjukkan bahwa bisnisnya tetap layak diperjuangkan?

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan