Pesankata.com, Jakarta – Vokalis kenamaan Indonesia, Armand Maulana, melontarkan kritik tajam terhadap dua lembaga pengelola royalti musik, yakni Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) dan Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN). Lewat forum Vibrasi Suara Indonesia (VISI), Armand menilai persoalan royalti musik yang mencuat ke publik merupakan imbas dari sistem kerja yang tidak transparan dan kurang akuntabel dari kedua lembaga tersebut.

Menurut Armand, sistem pengelolaan royalti yang diterapkan selama ini jauh dari kata ideal. Ketidaksempurnaan dalam pendistribusian royalti justru melahirkan persoalan serius yang kini meluas ke ranah nasional.

“Ini bukan cuma masalah internal musisi seperti dulu, sekarang dampaknya sudah nasional. Pertama kalinya kita lihat isu musik sampai dipanggil menteri dan DPR,” ujarnya.

Armand mengungkapkan bahwa keresahan para musisi telah memaksa mereka harus duduk bersama para pejabat negara demi memperjuangkan hak mereka. Hal ini menunjukkan betapa gentingnya situasi distribusi royalti musik Indonesia.

Ia pun menegaskan bahwa sudah saatnya LMK dan LMKN membenahi sistem dan membuka ruang transparansi yang lebih luas. Ia menyebut, sistem yang bobrok akan menutup jalan bagi terbentuknya ekosistem musik yang sehat dan berkelanjutan.

“Kalau LMK dan LMKN bisa benahi cara kerja mereka, semua pelaku industri musik bisa kembali percaya. Itu pondasi ekosistem yang sehat,” tutur Armand.

LMK sendiri adalah institusi yang diakui secara hukum dan diberikan kewenangan untuk mengelola hak ekonomi para pencipta dan pemilik hak terkait. LMK berada di bawah LMKN, yang perannya dilindungi dalam Pasal 1 angka 22 UU Hak Cipta No. 28 Tahun 2014.

Salah satu contoh LMK yang aktif adalah Wahana Musik Indonesia (WAMI), yang setiap tahunnya menyalurkan royalti tiga kali dalam setahun. Namun, sistem pelaporan dan distribusinya kerap dipertanyakan oleh para seniman karena minimnya transparansi.

Untuk tahun 2025, LMKN sendiri menargetkan penghimpunan royalti hingga Rp 126 miliar. Armand berharap target tersebut tidak hanya menjadi angka semata, tetapi juga diiringi dengan perbaikan menyeluruh yang bisa menjawab harapan ribuan insan musik di seluruh Indonesia.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan