Anak Muda Kaltim, Saatnya Jadi Pelopor Green Jobs dan Tinggalkan Batu Bara

Kuliah Tamu yang diselenggarakan Yayasan Mitra Hijau bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), pada Selasa, 3 Juni 2025

Pesankata.com, Samarinda – Masa depan energi dunia sedang berubah, dan Kalimantan Timur berada tepat di jantung perubahan itu. Jika semua negara menepati komitmen iklimnya, permintaan batu bara akan turun drastis—20 persen sebelum 2030 dan 70 persen pada 2050. Maka, sudah waktunya Kaltim mulai mengurangi ketergantungan terhadap komoditas ini.

Apalagi, tren ekonomi pun menunjukkan sinyal yang sama. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim mengungkapkan bahwa kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB Kaltim menurun dari 43,19 persen pada 2023 menjadi 38,38 persen di tahun 2024. Sinyal ini harus disambut dengan strategi baru: membangun masa depan yang lebih hijau.

Menjawab tantangan tersebut, Kalimantan Timur yang memiliki lebih dari dua juta penduduk di bawah usia 30 tahun, mulai dilirik sebagai pusat pengembangan green jobs—jenis pekerjaan yang tidak hanya menghasilkan tetapi juga menjaga keberlanjutan lingkungan. Topik ini menjadi bahasan dalam Kuliah Tamu bertajuk transisi energi yang digelar Yayasan Mitra Hijau bersama Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT), Selasa (3/6).

Ketua Prodi Teknik Geologi UMKT, Fajar Alam, mengingatkan sejarah panjang pertambangan di Kaltim, dari zaman kolonial hingga sekarang. Namun, ia menegaskan agar pengalaman masa lalu tidak kembali terulang saat era tambang berakhir dan masyarakat kehilangan arah penghidupan.

“Kita ini seperti manusia purba, gali-jual tanpa ada hilirisasi. Sekarang saatnya berubah,” tegas Fajar.

Ketua Dewan Pembina Yayasan Mitra Hijau, Dicky Edwin Hindarto, menyampaikan bahwa green jobs membutuhkan kompetensi yang holistik. Selain memahami isu lingkungan, anak muda juga perlu menguasai bahasa asing, pemrograman, geopolitik, hingga kemampuan komunikasi dan kepemimpinan.

“Bekerja di sektor hijau bukan soal gaji semata, tapi soal nilai dan kepedulian terhadap bumi,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa industri hijau kini tengah berkembang pesat, dan banyak perusahaan mulai mencari SDM yang paham isu energi terbarukan, bahkan di sektor tambang sekalipun.

Sementara itu, Fardila Astari, Communication Strategist YMH, menyoroti pentingnya media sosial dalam perjalanan karier anak muda. Di era digital, media sosial bukan hanya ruang hiburan, tapi juga etalase profesional.

“HRD sekarang cek medsos kamu. Kalau kamu sudah aktif angkat isu energi hijau, itu jadi nilai plus banget,” kata Fardila.

Ia menyarankan agar anak muda mulai memanfaatkan media sosial untuk membangun identitas yang positif. Menjadi campaigner atau influencer di bidang energi hijau bisa menjadi profesi baru yang menjanjikan—asal dikerjakan dengan serius, terencana, dan konsisten.

Dengan kesiapan keterampilan dan mindset hijau, anak muda Kaltim tidak hanya akan menjadi tenaga kerja masa depan, tapi juga pemimpin perubahan menuju Indonesia yang berkelanjutan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan