Pesankata.com, Jepang – Martha Farm di Onjuku, Prefektur Chiba, Jepang, pagi ini dirundung kesedihan. Haru Urara, kuda pacu yang dikenal dengan julukan “bintang pecundang” karena tak pernah menang satu lomba pun, telah menghembuskan nafas terakhir pada usia 29 tahun akibat kolik, gangguan serius pada saluran pencernaan. Kondisi ini memburuk secara mendadak setelah kuda tersebut tampak tidak buang air besar, yang menjadi sinyal awal sepsis, menurut pengasuhnya, Yuko Miyahara.
Popularitas Haru Urara bukan karena prestasi, melainkan karena semangat pantang menyerahnya. Dari 113 kali berlomba sepanjang kariernya (1998–2004), dia selalu kalah. Namun kegigihannya justru membuat publik Jepang jatuh cinta. Dia menjadi simbol ketekunan. Film dokumenter ESPN “The Shining Star for Losers Everywhere” bahkan dibuat untuk merayakan kisahnya.
Puncak popularitas datang pada 2004 ketika joki ternama Yutaka Take menungganginya di balapan Kochi yang menyedot 13.000 penonton. Meski kalah lagi, kerumunan tetap memberi dukungan riuh. Haru Urara telah menjadi ikon harapan tanpa kemenangan.
Namun lebih dari sekadar fenomena balap, Haru Urara memberi inspirasi lintas generasi. Game Umamusume: Pretty Derby menampilkan karakter yang terinspirasi olehnya dan menjadi favorit.
Saat game yang diadaptasi ke anime ini dirilis secara global akhir Juli lalu, media sosial ramai oleh aksi viral para penggemar menyumbangkan lebih dari 2.500 kg rumput ke peternakannya lewat platform Fresh Hay Bank, hingga situsnya sempat tumbang karena lonjakan donasi.
Pengembang game tersebut, Cygames, mengumumkan kabar duka di akun media sosial mereka. Mereka menyampaikan belasungkawa kepada semua staf yang merawat Haru Urara dan menyebut bahwa warisannya akan selalu hidup dalam karakter yang terinspirasi dari dirinya.
Di kalangan penggemar, reaksi meriah dan penuh kesedihan langsung menyebar. Di Reddit, banyak yang menuliskan perpisahan emosional seperti, “At least he got to experience the love… Rest in Peace Haru Urara.”
Kini kisah Haru Urara hidup abadi dalam budaya popular, bukan sebagai pemenang, melainkan sebagai simbol kegigihan. Dalam sejarah balap maupun industri kreatif, kehadirannya membuktikan bahwa tidak selalu kemenangan yang mengangkat, tetapi keberanian untuk terus mencoba meski diragukan.





